PERTANIAN

Menanam 1.000 Bibit Cengkeh, Melawan Kampanye Anti-Rokok

Wacana dalam aspek dan sudut pandan yang berbeda perihal tembakau, cengkeh, atau kretek itu merupakan sebuah upaya untuk mendorong publik berfikir lebih kritis atas kampanye antirokok yang selama ini cukup dominan.

[dropcap]K[/dropcap]ampanye antirokok dalam satu dekade belakang memang sangat masif di Indonesia. Dengan sokongan dana yang sangat besar, mereka bisa melakukan kampanye dengan sangat masif bahkan melalui iklan di televisi dan media luar ruang. Tak hanya kampanye, mereka juga mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang membatasi keberadaan rokok, atau kretek dalam konteks Indonesia.

Rencana panjang antirokok di Indonesia tentu tak boleh dianggap sepele, mengingat gerak mereka yang begitu masif akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan jutaan orang yang selama ini menyandarkan kehidupannya pada tembakau, cengkeh, dan kretek. Insiatif-inisiatif untuk melawan rencana antirokok harus mulai ditumbuhkan, dan disebarluaskan agar kehidupan jutaan orang tidak mati.

Setiap tanggal 31 Mei, kelompok antirokok selalu merayakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang gagasannya diluncurkan oleh World Health Organization (WHO). Perlawanan terhadap gagasan itu harus dimunculkan dengan memberikan gagasan lain kepada publik, agar publik mendapatkan alternatif gagasan perihal tembakau, cengkeh, atau kretek.

Hegemoni wacana bahwa rokok atau kretek dipandang sebagai sesuatu yang negatif, harus ditandingi dengan wacana lain yang menghadirkan sudut pandang yang berbeda, dan juga keragaman aspek dari kretek. Bukan hanya semata perihal kesehatan, namun juga melihat kretek dalam aspek kultural, sosial, ekonomi, bahkan melihatnya secara politis.

Wacana dalam aspek dan sudut pandan yang berbeda perihal tembakau, cengkeh, atau kretek itu merupakan sebuah upaya untuk mendorong publik berfikir lebih kritis atas kampanye antirokok yang selama ini cukup dominan. Sehingga publik dapat mengambil sikap yang dilandasi oleh satu kerangka berfikir dan wacana yang objektif.

*

Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) adalah bagian dari elemen masyarakat yang selama ini memberikan tawaran berbeda dalam memandang rokok atau kretek. Berbagai artikel kami hadirkan melalui website bolehmerokok.com, berbagai literatur dan jurnal ilmiah tentang kretek juga dengan mudah diakses publik melalui internet, atau bahkan buku-buku penelitian tentang kretek juga dapat diunduh di bukukretek.com.

Bukan hanya menawarkan wacana saja, KNPK juga memberikan perlawanan terhadap kampanye antirokok di lapangan. Termasuk yang cukup rutin digelar adalah melangsungkan kegiatan aksi setiap tanggal 31 Mei, membarengi kegiatan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Tanggal 31 Mei tak boleh dibiarkan menjadi hari miliknya kelompok antirokok. Tanggal tersebut adalah tanggal yang keramat bagi perjuangan kretekus, bagi perjuangan petani tembakau, petani cengkeh, dan perjuangan kehidupan kretek. Bagi KNPK, ini adalah salah satu bentuk perlawanan yang secara rutin harus terus dilakukan, semata untuk mempertahankan kretek, mempertahankan kehidupan, dan mempertahankan satu warisan kebudayaan.

Dan pada tanggal 31 Mei 2017 yang berbarengan dengan bulan Ramadan, KNPK menyelenggarakan kegiatan “Sarasehan Politik: Menanam Adalah Melawan”. Acara ini dibuka dengan menanam 1.000 bibit pohon cengkeh, pohon yang selain tembakau merupakan bahan baku utama dari kretek.

Sarasehan politik ini juga tidak semata ditujukan untuk melawan kampanye antirokok, namun lebih dari itu, sarasehan politik ini juga merupakan bentuk dari perlawanan terhadap industri ekstraksi yang belakangan ini sangat masif di Indonesia. Menanam dan mengfungsikan lahan adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap industrialisasi dan modernisasi yang terus tumbuh dengan cara menggusur dan mengekspoitasi tanah.

Sarasehan ini akan menghadirkan mereka yang selama ini berada di garis depan untuk melawan hegemoni dan eksploitasi atas tanah. Tanah adalah bekal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, tanah menumbuhkan tanaman, dan tanaman menumbuhkan kehidupan. Sehingga penting bagi kita untuk mempertahankan tanah, tanaman, dan petani.

*

Bentuk-bentuk perlawanan tentu bisa saja sangat beragam, semua sangat tergantung pada kondisi obejektif dan wilayah perlawanan. Perlawanan bukan hanya dalam bentuk memberikan gagasan yang berbeda, atau dengan melakukan aksi-aksi besar di depan Istana Negara, perlawanan juga dapat kita hadirkan dari desa-desa dalam bentuk dialog-dialog, serta belajar dari leluhur kita.

Namun yang pasti, bahwa setiap gagasan atau tindakan yang sekiranya dapat memberikan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat kecil, tentu tak boleh dibiarkan begitu saja tumbuh dan berkembang. Ia harus diberikan perlawanan, ia harus bertempur dahulu dengan orang-orang yang kehidupannya terancam.

Sejarah telah memberikan kita pelajaran tentang makna sebuah perlawanan. Makna dan tindakan perlawanan yang mengantarkan kita pada pintu gerbang kemerdekaan melawan kolonialisme. Pendudukan secara fisik (kolonialisme), maupun pendudukan secara ekonomi (neokolonialisme), tak boleh hadir di negeri ini. Kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian atas kehidupan kita adalah hal yang sangat berharga untuk diperjuangkan.

Saatnya kita nyatakan “cukup!” dan saatnya pula kita nyatakan “hentikan!”, perampasan terhadap hak-hak rakyat kecil, serta segala bentuk ketidakadilan yang selalu merugikan rakyat kecil. Perlawanan harus kita kumandangkan, dan gerak bersama harus kita lakukan. Hari ini dan hari-hari esok adalah milik kita, milik generasi berikutnya. Tanah ini milik kita, tanah air ini adalah milik kita, dan akan terus kita pertahankan.

Tinggalkan Balasan