KOPI SETENGAH ALA MANADO
PERTANIAN

Kopi Setengah ala Manado

Saya tidak bisa menahan rasa geli mendengar cerita itu. Sampai kemudian terdengar dari meja sebelah, seorang ibu berkata ke pelayan, “Minta kopi setengah!”

KOPI SETENGAH ALA MANADO

[dropcap]B[/dropcap]agi Anda penikmat kopi, kunjungilah Kedai Kopi Jarod di Manado. Di sana Anda akan mendengar istilah baru soal kopi, yaitu ‘kopi setengah’. Awalnya saya pun bingung ketika seorang kawan bercerita soal itu. Pada suatu kali saya ke Manado, tidak tahan saya untuk mencari tahu apa maksud istilah tersebut.

Kawan tadi menjelaskan, itu adalah bahasa pengunjung untuk meminta dibuatkan kopi setengah gelas saja, ditambah gula. Tentunya kopi itu akan terasa sangat manis sehingga tamu tadi akan meminta lagi ke pelayan agar dituangkan air hangat. Jadinya, gelas itu akan berisi penuh, namun harga yang dibayar hanya setengah saja, sesuai namanya ‘kopi setengah’.

Saya tidak bisa menahan rasa geli mendengar cerita itu. Sampai kemudian terdengar dari meja sebelah, seorang ibu berkata ke pelayan, “Minta kopi setengah!” Lima menit kemudian, terjadilah seperti yang diceritakan kawan tadi.

“Itu akal-akalan tamu”, kata pelayan tadi saat melihat saya tertawa. Dia pun tertawa.

Satu jam nongkrong di sana, berulang-ulang terdengar ucapan itu, dari meja satu ke meja lain. Hanya di Kedai Kopi Jarod Manado ada istilah itu, dan tidak pernah jadi masalah. Tidak berarti kedai-kedai kopi di sana kemudian enggan melayani pengunjung.

Jarod adalah singkatan dari Jalan Roda. Ada puluhan kedai kopi di kawasan Pasar Jalan Roda ini, di pusat Kota Manado. Tidak akan sulit menemukan tempatnya karena semua orang Manado pasti tahu. Selain kopi lokal yang kebanyakan berasal dari Kotamobagu dan Gorontalo, Kedai Kopi Jarod menyajikan beragam panganan lokal. Ada Kue Apang Coy, yaitu kue dari tepung beras berbentuk mangkuk kecil. Di masyarakat Cina, kue berwarna merah ini muncul dalam berbagai upacara. Kemudian ada kue Nogosari, yang dibungkus daun pisang dan di dalamnya terdapat potongan pisang. Di Jawa, kue ini banyak ditemukan. Nah yang khas Sulawesi Utara adalah Pisang Goroho. Ini adalah irisan pisang yang digoreng kering, kemudian disantap dengan bumbu Dabu-dabu Roa. Itu baru beberapa saja panganan yang ada di sana.

Pisang Goroho semacam kripik pisang yang digoreng tidak terlalu kering dimakan dengan sambal Roa

Pisang Goroho semacam kripik pisang yang digoreng tidak terlalu kering dimakan dengan sambal Roa

Lebih Setengah Abad Melayani Tradisi Ngopi

Kedai Kopi Jarod sudah berdiri sejak tahun 1960-an. Tak heran tempat ini sudah menjadi darah daging warga Manado yang multi etnis. Sebut saja, etnis Minahasa, Cina, Arab, Gorontalo, Sangir, semua ngopi di Jarod.

Kue Apang Coy dan Kue Lumpur, sajian khas Kopi Jarod, Manado

Kue Apang Coy dan Kue Lumpur, sajian khas Kopi Jarod, Manado

“Ada yang setiap hari datang ke sini dan bisa 4-5 jam nongkrong di Jarod. Ngopi dan ngobrol. Itulah”, kata kawan yang menemani saya sore itu. Aktivitas di Kopi Jarod dimulai jam 5 subuh dan bisa tutup hingga jam 11 malam. Puncak ramainya pengunjung ada pada jam siang hingga sore. Berbagai kalangan datang ke sini, pegawai kantoran, PNS, hingga anggota dewan.

“Biasanya kalau ada isu-isu primordial atau konflik horisontal, akan diselesaikan di sini”, ujar seorang pengunjung bernama Leo.

Lelaki paruh baya ini tak pernah absen datang ke Jarod. Biasanya orang-orang macam dia inilah yang kemudian menjadi juru bicara atau perwakilan dari komunitas atau kelompok etnis tertentu, untuk membicarakan problem-problem di masyarakat.

Beberapa meja pengunjungnya menggelar kartu remi dan domino. Satu-dua orang bernyanyi sambil memainkan gitar. Dari satu kedai ke kedai lain, suasana keakraban terasa hangat. Sehangat dan seharum kopi Jarod. Asal jangan terlalu sering memesan ‘kopi setengah’, karena meskipun penjualnya tak akan sewot, itu hanya akan menunjukan betapa pelitnya Anda.

“Satu-dua kali dong tak apa, yang penting pe torang jangan lupa, setiap kali ke Manado, mampirlah ke Kedai Kopi Jarod”, kata kawan tadi.

Tinggalkan Balasan